“Sediakan payung sebelum hujan,” dan
“Belajar
sabar menghadapi masalah.”
Membaca penggalan
ungkapan di atas sepertinya tidak ada hubungan sama sekali antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lainnya. Pun dengan judul dari tulisan ini. Para
pembaca hanya perlu sedikit bersabar sambil terus membaca sampai tuntas dan
biarkan penulis melanjutkan untuk menjadikan kedua ungkapan maupun judul
tulisan ini menjadi berhubungan.
Semula foto di samping sengaja diambil untuk sekedar iseng dan seru-seruan saja. Sebenarnya
si pemilik payung sekaligus yang menjadi
fotografernya menolak untuk mengabadikan pose tersebut. Sebagai kekasih
mungkin ada rasa malu seandainya ada teman yang sempat melihat foto ini. Nanti dianggap kekasihnya kok kayak
gitu?
Benar juga. Setelah sempat berencana untuk
mem-posting foto tersebut ke
media sosial, niat tersebut akhirnya dibatalkan. Terbayang apa yang ada di
imajinasi teman-teman. Dalam pikiran
penulis jangan-jangan akan memunculkan
bermacam komentar. “Kok pacarnya kemayu?” atau “Inilah perempuan setengah
pria!” atau (maaf kata) bencong, banci, bencess. Atau teman yang lain bertanya,
“Kerja di salon mana, jeng?” dan komentar-komentar lainnya yang bernada
mengejek maupun yang sekedar untuk bercanda.
Payung tersebut bukan hanya dijadikan
sebagai pelengkap untuk sesi foto tetapi benar-benar digunakan sesuai
peruntukannya. Anda yang sudah punya pengalaman menyusuri jalan setapak dari
tempat parkir menuju stupa paling puncak di Candi Borobudur pasti tahu
bagaimana rasanya berjalan kaki di bawah terik
matahari apalagi pas jam 12 siang. Dan payung itulah yang membantu aku dan kekasihku bisa terlindung
dari sengatan sinar matahari. Hal yang
bertolak belakang terjadi saat kami mulai menuruni tangga meninggalkan Candi
Borobudur dan menyusuri jalan setapak sambil diguyur hujan deras. Tetapi payung
yang sama pula yang pada akhirnya bisa melindungi kepala dan sebagian tubuh
kami dari siraman air hujan, dan menjadikan hari itu sebagai kenangan tak
terlupakan. Berjalan berdua di bawah payung di tengah hujan deras. Betapa romantisnya sore itu.. hehehehehe
Pada akhirnya gambar tersebut menjadi
berguna untuk menjelaskan sesuatu sehubungan dengan fenomena alam yang tidak
menentu sekarang ini. Hari ini matahari begitu terik dari pagi sampai siang,
membuatku berkeringat walaupun di dalam rumah. Sebagian dari teman-teman mulai
mengeluh lewat postingan fb soal
panasnya siang ini. Teman lainpun
mengeluh soal hujan deras di tempatnya. Dalam keadaan suhu udara yang semakin
panas disertai langit yang mulai mendung, berangsur-angsur hujan turun dengan
derasnya. Teman-teman yang tadinya mengeluh soal panas tidak kelihatan lagi postingan-nya untuk
mengungkapkan rasa syukur akan turunnya hujan. Sementara dari tempat lain masih
ada juga yang mengeluh soal panas terik.
Sahabat, saudara, kerabat dan teman-teman
dimanapun Anda berada, kita semua mempunyai masalah yang sama dalam hal cuaca.
Panas di tempatku mungkin saja hujan di tempatmu. Atau sebaliknya, hujan di tempatku mungkin saja panas di tempatmu. Dari
sisi manakah kita bereaksi? Apakah kita hanya mengeluh ataukah kita bersyukur
apapun cuaca hari ini?
Dalam kehidupan ini, hujan ataupun panas
sering dikaitkan dengan masalah atau persoalan hidup. Hujan gerimis saja kadang
kita jadikan alasan untuk bersungut-sungut, alasan untuk batal melakukan
sesuatu atau sering kita jadikan alasan untuk membatalkan pergi ke suatu tempat
yang telah direncanakan. Kadang masalah yang ringan kita pikul secara salah
sehingga terasa begitu berat. Kita sering mencari sandaran yang salah. Tak
jarang justru kita menemukan sandaran yang rapuh dan mengakibatkan kita sulit
untuk keluar dari masalah. Ketika kita merasa sedih, cemas dan galau akibat
himpitan masalah, kita tidak sabar menghadapinya. Kita sering sulit merasakan
kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Sejenak kita
renungkan kata-kata yang pernah ditulis oleh temanku berikut ini.
“SABAR
itu ILMU TINGKAT TINGGI” Belajarnya
setiap hari, latihannya setiap saat, ujiannya sering mendadak dan sekolahnya
seumur hidup. Dan kutambahkan dengan kalimat ini: “Sertakan Tuhan dalam setiap proses belajar,
latihan, ujian maupun sekolah agar kita bisa lulus dengan cemerlang.”
Temanku yang lain
pernah menulis seperti berikut ini dan kembali kukutip kata-katanya:
“Payung tidak bisa menghentikan hujan bahkan gerimis
sekalipun. Payung juga tidak bisa menghentikan matahari bersinar menghangatkan
bumi. Tetapi payung bisa membuat kita bisa berjalan di tengah derasnya hujan atau di tengah
teriknya matahari. Begitupun dengan kesabaran itu. Kesabaran tidak serta-merta bisa menghentikan datangnya masalah kecil maupun
besar. Tapi kesabaran yang
berlandaskan pada sikap pasrah dan bersandar pada Tuhan bisa membuat kita kuat berjalan ditengah badai masalah, bahkan kita bisa menang dalam menghadapi masalah apapun.”
“Sediakan payung sebelum hujan,” dan ingat untuk menggunakan payung saat gerimis
maupun saat terik matahari. “Belajar sabar menghadapi masalah.”
Dan ingat selalu untuk mengandalkan Tuhan sebagai sandaran yang kokoh dan
penopang dalam hidup kita.
Akhir kata aku mulai bertanya-tanya, “Berapa kira-kira pendapatan setiap orang
yang menawarkan jasa ojek payung di sekitar Candi Borobudur?” J
Pinenek,
22 April 2014
Ambro
Julian Montolalu