Jumat, 30 November 2018

Untuk Pertama Kali

    
      Untuk pertama kali, ini terjadi dalam keluarga kecil kami setelah menikah dan memiliki buah hati. Saya, istri dan si kecil Onesimus akhirnya harus tidur terpisah. Sejak Selasa istri harus berangkat ke Jakarta bersama Disperindag dan pengurus Dekranasda Sulut untuk mengikuti pameran, sementara saya harus mengikuti Bimtek oleh Disperindag dilanjutkan dengan acara Learn X oleh Bekraf selama 3 hari berturut, sedangkan anak kami harus tidur dengan omanya, Sedih rasanya.
     Yang terbiasa tidur sambil peluk-pelukan pasti tahu bagaimana rasanya ketika kali pertama tidur tanpa ada yang memeluk atau dipeluk (bantal guling tidak bisa menggantikan hehehe).





     Saya dan istri masih bisa mengerti dengan keadaan karena tahu apa yg kami impikan dan perjuangkan, tapi anak kami masih terlalu belia untuk mengerti dan menerima kondisi ini. "Ayah dan ibu minta maaf nak. Ayah dan ibu janji, tahun depan keadaan kita harus jauh lebih baik dari tahun ini. Kemanapun, kita harus pergi bersama. Mimpi ayah dan ibu telah menjadi mimpi kita bertiga.”



     Selesai kegiatan 3 hari di Manado, saya kembali ke Pinenek. Tanpa mampir di rumah, saya langsung menjemput Ones, tentu bersama omanya setelah setengah jam sebelumnya saya sudah menelpon mama supaya siap-siap. Tujuan kami ke Bitung, kota yang menyediakan odong-odong untuk Ones nikmati.
Ones : "Mana ibu, ayah?"
Saya : "Di Jakarta nak."
Ones : "Oh, di Jakata. Jakata jawoh, ayah?"
Saya : "Jauh sayang. Harus naik pesawat."
Ones : "Nyanda naik mobis(mobil)?"
Saya : "Nyanda, sayang. Naik pesawat."
Ones : "Pesawat ada tangganya?"
Saya : "Iya, ada tangganya."
Ones : "Odong-odong so dekat?"
     Tentunya saat masih jauh saya katakan jauh dan setelah dekat saya katakan sudah dekat. Itulah isi percakapan yang terus berulang (harus setia menjawab setiap pertanyaan yang sama) selama kurang lebih 45 menit perjalanan kami, selain beberapa kata baru yang saya tidak ingat yang diucapkan Ones. Mama sesekali menimpali. Sejurus saya tersadar. Ternyata banyak kosa kata baru yang telah mengisi perbendaharaan ingatan dan ucapan anak kami. Sudah barang tentu banyak momen terlewatkan saat kami tidak bersama Ones.
     Odong-odong berbentuk mobil rambo menjadi pilihan (jadi ingat lagu rambo rambo ada 4 ban karangan istri tercinta). Duh senangnya si ganteng begitu odong-odong mulai bergerak. Yes! Bahagianya saya telah memenuhi janji kepada si ganteng. Tangan lepas di kiri kanan, kadang berusaha meraih sesuatu yang bisa dijangkau. Kaki kiri diangkat ke pintu rambo, sesekali ke tempat duduk, mata tak lepas mengamati kerlap-kerlip lampu warna-warni, tapi senyum bahagia senantiasa menghiasi wajah manja (manado-jawa) miliknya.





     Hampir sejam odong-odong bergerak memutar searah jarum jam yang entah telah menyelesaikan berapa lap. Rasa kantuk jualah yang akhirnya menyuruh kami pulang dan kegiatan di kota cakalang ditutup dengan rengekan si ganteng minta dibelikan mobil-mobilan dump truck yang terpajang di samping odong-odong. Mainan sudah di tangan, kami pun pulang. "Mau lihat ikan," kata si ganteng yang rupanya sudah hafal bahwa di jalan yang akan dilewati ada tugu ikan cakalang. Padahal waktu berangkat tidak melewati jalan ini. Luar biasa daya ingat anak berusia kurang dari 3 tahun ini. Tiba di tugu yang dimaksud, kami berhenti sejenak, kaca diturunkan, si ganteng mengamati sedikit, lalu kami lanjut pulang. Ada rasa bahagia yang tak terkatakan.
     Jam 10 lebih dikit kami tiba di rumah kediaman mama. Ones sudah tertidur. Saya masih berusaha menahan kantuk. Mobil dimatikan, pintu dikunci kemudian saya menyusul masuk kedalam rumah, langsung rebahan di samping Ones yang duluan diletakkan omanya di kasur. Kurang dari semenit saya langsung tertidur pulas, masih dengan baju yang saya pakai sejak pagi. Sudah dipastikan saya tidak mandi (gara-gara tidak ada istri yang mengingatkan untuk mandi; mumpung hehehe). Untuk pertama kalinya kami tidur berdua saja. Jam 7 kurang dikit saya terbangun. Di luar hujan deras, di samping ada Ones. Saya usap kakinya, dia diam. Usap tangannya, kepalanya, masih diam. Begitu saya cipika-cipiki, bergeraklah si ganteng ini lalu terbangun. “Oma Siy (Sil)?” panggilnya. Tetottt... Ada alaram tanda awas mengusik jiwa saya. Kenapa bukan ibu atau ayahnya yang dicari pertama kali saat bangun? Sedetik dua sebelum alaram berhenti, “Ayah, gendong Ones.” Alaram tiba-tiba eror. Ada rasa yang sulit digambarkan begitu cepat membanjiri jiwa saya yang barusan sempat terusik.         Untuk pertama kali Ones minta digendong ayahnya begitu bangun tidur. Sudah menjadi hal biasa kalau ayahnya dicus-cus ketika bangun pagi dan yang pertama dilihat bukan ibunya. Bahkan tindakan menyuruh ayahnya keluar dari kamar pernah membuat saya meneteskan air mata. Sedih.
“Mana ibu?”
“Masih di Jakarta, sayang.”
Ones tahu bahwa dimana ada ibunya di situ ada ayahnya. Dimana ayahnya berada di situ ibunya berada. Begitu yang dilihat ayahnya, maka pasti cari ibunya juga. Pun saat ayahnya pelatihan dan harus nginap atau pulang tengah malam, sudah pasti dicari juga. “Ibu, mana ayah?” Dan saat ayah-ibunya tidak ada, tak sekalipun dicari seperti beberapa hari belakangan ini. Dia lebih asyik menikmati bermain dengan teman-temannya.
    “Ayah, jayan-jayan.” “Ones mo pipis.” Bikinkan susu Ones.” Berturut-turut permintaannya saat masih dalam gendongan saya, walau pun akhirnya mama yang membuatkan susu setelah 2 kali negosiasi. Akhirnya kemesraan ayah dan anak pagi ini harus dipending manakala Rian, anak pekerja kelapa, teman sepermainan Ones masuk dan mengajak bermain. Untung hujan sudah berhenti.
     Siang ini seperti siang kemarin. Saya, istri dan tentunya Ones kembali dengan kesibukan masing-masing. Bahkan malam ini lagi-lagi kami harus tidur terpisah. Tapi kami tahu bahwa kami senantiasa bersatu dan terikat dalam jalinan cinta dan kasih sayang yang kuat. Dan dalam doa yang sama, kami percaya bahwa Tuhan merangkul dan memeluk kami erat. *






 
 
 
 
 
 
 
 
(malam di penghujung November sehabis makan masakan sendiri
lalu mandi atas inisiatif sendiri sambil menunggu ngantuk  
sebelum tidur sendiri dan tak lupa colek istri sendiri
Dyah Sri Utami)

Pinenek, 30 November 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar