Kamis, 31 Oktober 2013

PENA Sang Penanya



PENA Sang Penanya

Terkadang hidup ini sedemikian sederhananya untuk dibuat sedemikian sulitnya. Dalam hidup ini yang dibutuhkan hanyalah sebuah tanda titik, namun seringkali yang muncul adalah sekian tanda baca lainnya. Dan yang paling sering muncul adalah tanda tanya (?) dan koma (,).

Dibutuhkan hanya sebuah titik untuk mengakhiri sebuah kalimat, bukan 2 titik (..) atau bahkan sekian banyak titik membentang (…………………)

Hidup ini laksana rangkaian kalimat yang tertera dalam sebuah buku. Jika di setiap kalimat terdapat beberapa titik, kapankah kalimat itu akan berhenti? Dan seberapa tebal buku itu nantinya?

Penundukan diri terhadap Allah merupakan satu titik yang sangat penting untuk mengakhiri setiap kalimat kasih Allah dengan sempurna.
Namun acapkali yang kita lakukan adalah menambah titik itu menjadi lebih panjang. Dengan kata lain, kalimat kasih Allah yang seharusnya sempurna menjadi sebuah kalimat kasih yang terbuka. Terbuka bagi masukan, keinginan, dosa dan ego kita semata. Sehingga kalimat kasih Allah menjadi tidak sempurna.

Pun juga betapa sering manusia mengganti titik dalam kalimat kasih Allah dengan tanda tanya (?). Manusia senantiasa mempertanyakan hal-hal yang bahkan jauh dari kata krusial dan penting. Mempertanyakan kalimat kasih Allah berarti mempertanyakan Sang Pengucap itu sendiri.

Dan juga betapa terlalu sering manusia meletakkan tanda koma (,) di tengah-tengah kalimat kasih Allah dan lebih hebatnya lagi adalah menambah beberapa kata setelah koma itu sendiri.

Kehendak bebas manusia justru dianggap sebagai sebuah pembenaran untuk manusia sedikit mencari jalan dan arah hidupnya sendiri, sambil terus beranggapan bahwa jalannya tetap akan kembali ke jalan Allah karena jalan alternatif yang dipilih hanyalah sebuah koma saja.

Atau juga sebagai pembenaran untuk mendebat Allah dengan jalanNya yang cenderung tidak masuk akal dan diluar nalar. Kecerdasan manusia untuk mencipta karya menjadi dalih keabsahan mempertanyakan kebenaran keputusan dan jalan Allah.

Manusia terlupa bahwa Allah Sang Pencipta, Sang Pengasih dan sederet atribut luar biasa lainnya adalah Dia yang Maha SEMPURNA. Setiap kalimat kasihNya adalah sempurna adanya. Sesempurna itu pula kehendak baikNya bagi manusia. Jika manusia memilih untuk tidak menambah apapun dalam kalimat kasihNya, maka sangat mudahlah bagi Dia untuk memperlihatkan rencana indahNya.

Letakkanlah pena kita, dan jauhkanlah dalam buku kehidupan kita yang penuh dengan kalimat-kalimat kasih Allah. Sekedar membaca dan mengiyakan setiap titik dalam kalimat-kalimat kasih Allah. Pun rencana indah Allah akan terlihat jelas dan bukan semburat atapun samar-samar.

Selama membaca!!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar