Kamis, 31 Oktober 2013

Perempuan Berpunggung Retak


PEREMPUAN BERPUNGGUNG RETAK

Musik….
Narator:
Perempuan berpunggung retak
Terduduk diam di antara dedaunan terserak
Cerminan hati yang hampir tiada berdetak
Di selaksa tempaan menghentak
Ah…roda sepertinya tiada bergerak


Lampu padam
Suara musik mengalun pelan….Lampu mulai menyorot ke perempuan.
Sang perempuan terduduk lunglai. Menatap kosong ke depan (tablo atau sedikit bergerak saja)

Perempuan    : ………..Aku perempuan berpunggung retak…(suara lirih)

Musik mengalun…..lampu menyorot sisi lain. Laki-laki berdiri.
Laki-laki 1      : (berbicara tanpa melihat ke arah perempuan) Ah...Hidup ini terlalu indah. Pesona demi pesona senantiasa hadir mengiringi bianglala kehidupan ini. Lihat...langit terlalu bersih bagi sebuah goresan saja. Dan daratan terlalu landai untuk dianggap curam. Hidup sungguh tiada berujung (tersenyum bahagia)

Musik masih mengalun lembut....menjadi semakin lirih...

Perempuan    : ………..Aku perempuan berpunggung retak…(suara lirih)
Laki-laki         : (melihat ke arah perempuan, tapi tidak bergerak) Ah kau masih pula terduduk disitu. Sudah berapa kali jarum jam berganti, tapi kau tiada pula beranjak!
Perempuan    : ....Aku...perempuan......(suara masih lirih, dipotong tiba-tiba oleh laki-laki1)
Laki-laki         : Hentikan keluhanmu. Tak ku perhatikan ada bagian punggungmu yang retak. Masih pula terlihat utuh di mataku.
Perempuan    : .....berpunggung retak (melihat sebentar ke arah laki-laki1, tapi tidak menghiraukan perkataannya).
Laki-laki 1      : arggh...bosan aku...(musik menjadi lebih cepat,lampu mati, laki-laki1 tablo)
Musik mengalun lembut kembali.
Lampu menyorot tengah ke arah laki-laki2
Laki-laki 2      : Hidup ini hanya sekedar......bukan hanya sekedar hidup
Perempuan    : .......roda tiada berputar lagi.....
Laki-laki 2      : Sekedar melakonkan peran.....sekedar memaksimalkan kemampuan.. sekedar menjalani tanpa meratapi.
Perempuan    : .......tapi roda tiada berputar lagi.....(nada suara agak meninggi sambil menatap sinis laki-laki2)
Laki-laki 2      : (tersenyum teduh) sekedar bersyukur dapat menghadirkan sejuta kedamaian. Hidup tidak berlalu tanpa dia mampir mengajar sebentar.
Perempuan    : (berdiri, memandang laki-laki2 dan emosi memuncak)...Tapi roda berhenti dan tidak berputar lagi!!!!!
Laki-laki 2      : (tersenyum lebih teduh) Sang pembuat roda hanya bertugas untuk membuat. Kau yang menjalankannya. Nah....kaulah yang membuat roda berhenti.
Perempuan merasa bingung dengan pernyataan itu.
Lampu menyorot laki-laki1
Laki-laki1       : Ha..ha....haa......Akhirnya kau berdiri juga....Sudah lelahkah kau bertumpu di atas dedaunan itu? Ha..ha...haa...
Perempuan    : Diam kau !!! Aku masih berpunggung retak!!!
Laki-laki 2      : Kalau kau mau sedikit saja menengadahkan wajahmu keatas.....
Perempuan melakukannya..
Perempuan    : Apa yang kau maksud? Tak pula kulihat apapun diatas sana.
Laki-laki 2      : Sang Lelaki yang duduk diatas sana, berpunggung lebih retak darimu, memanggul lebih berat dari bebanMu. Dia lebih berhak mengeluh daripada engkau.
Perempuan    : (bingung) Masih tak nampak apapun di atas sana.....hanya kegelapan saja.....
Laki-laki 1      : (sinis) sampai kapanpun tiada akan kau temukan Orang itu!!!
Laki-laki 2      : Perhatikan dengan lebih seksama. Buka mata dan juga hatimu. Maka akan kau lihat Dia. (melihat ke atas sambil menunjuk)
Perempuan    : ......sebentar.....Yang kulihat hanyalah sebuah Salib......
Laki-laki 1      : Ah percuma saja kau melihat Salib itu, kau masih tetap akan berpunggung retak......berpunggung retak.....BERPUNGGUNG RETAK.....hahahaha (lampu padam, Laki-laki1 tablo sambil duduk tertunduk)
Laki-laki 2      : Lihatlah sekali lagi. Di atas salib itu tersandar Dia yang berpunggung retak. Dia masih tersenyum meski beban yang Dia tanggung jauh lebih berat dari milikmu. Dia mau memikul beban karena Sang Bapa yang mengutusNya. Siapa yang mengetahui rahasia alam selain daripada Sang Pencipta Alam itu sendiri. Siapa yang mengetahui beratnya beban yang kau sandang selain dari Sang Anak yang telah lebih dahulu memikul berat beban dosa manusia.
(perempuan tertunduk penuh penyesalan...lirih....tertampar)
Perempuan    : ..ah.....punggung ini masih terasa retak.....Tapi bebanku akan terasa lebih ringan.....jika aku memberikan bebanku padaNya.....karena Dia yang disalib menanggung bebanku.....
Laki-laki 2      : Berhentilah terpaku pada punggungmu dan beralihlah pada roda milikmu......Selama Kau ijinkan Dia memikul bebanmu dan membebat punggungmu, maka rodamu akan kembali berputar.....Berbahagialah.... (lampu padam, laki-laki2 tablo)
Perempuan    : AKU PEREMPUAN BERPUNGGUNG RETAK, BERTUMPU PADA DIA YANG MEMBUAT RODAKU BERGERAK!!!!





Ringkasan   :
Anak manusia yang merasa berbeban sangat berat dan tidak sanggup menghadapi hidup. Tapi ketika dia melihat kembali kepada Salib, dia merasa kuat dan sanggup bangkit karena bersandar pada Yesus. Si iblis berusaha memainkan perasaannya, tapi saat dia bertetap hati untuk mengikuti nuraninya, dia menemukan sang Pembebat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar